Makalah Analisis Dan Evaluasi Media Pembelajaran
ANALISIS DAN EVALUASI MEDIA PEMBELAJARAN
1.1 Pengertian Evaluasi Media Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menentukan taraf
kemajuan suatu pekerjaan didalam pendidikan, sehubungan dengan hal tersebut maka
evaluasi merupakan alat untuk mengukur sampai dimana penguasaan murid terhadap
bahan pendidikan yang telah diberikan. Begitu juga didalam media pembelajaran.
Evaluasi media pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang
digunakan dalam proses belajar mengajar tersebut dapat mencapai tujuan. Disamping itu
juga evaluasi dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan atau pergantian bila ternyata
proses yang diterapkan dalam proses belajar mengajar tidak dapat mencapai tujuan.
Aspek penting lainnya pada evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran tidak semata-
mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan terhadap proses
pembelajaran itu sendiri. Dengan evaluasi tersebut dapat dilakukan revisi program
pembelajaran dan strategi pelaksanaan pembelajaran
Apapun juga media yang dapat dibuat, misalnya kaset audio film bingkai, film
rangkai, transparansi OHP, film, video atau gambar dan permainan/simulasi perlu dinilai
terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Penilaian (evaluasi) ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah media yang anda buat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting untuk diingat dan dilakukan karena banyak
orang berangggapan bahwa sekali mereka membuat media pasti 100% ditanggung baik.
Anggapan itu sendiri tidaklah keliru karena sebagai pengembang media secara tidak
langsung anda telah menurunkan hipotesis bahwa media yang anda buat tersebut dapat
memberikan hasil belajar yang lebih baik. Hipotesis tersebut perlu dibuktikan dengan
menguji ke sasaran yang dimaksud. Selain itu, evaluasi merupakan kegiatan
pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk
menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah
perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik.
Pendidikan Dasar dan Menengah (1988/1989) dinyatakan bahwa evaluasi media
mempunyai tujuan sebagai berikut:
belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru
dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam
komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga
komunikasi tersebut tidak efektif fan efisien. Salah satu usaha untuk mengetasi
keadaan demikian ialah menguasai penggunaan media secara terintegrasi dalam
proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut untuk
meningkatkan keserasan dalam penerimaan informasi. Agar media pembelajaran data berfungsi secara efektif, terdapat berbagai kriteria yang harus terpenuhi, seperti yang dipaparkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai:
Sedangkan menurut Azhar Arsyad, media pembelajaran bisa dikatakan efektif jika:
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran.
3. Praktis, luwes dan tahan.
4. Guru terampil menggunakannya.
5. Pengelompokan sasaran.
6. Mutu teknis.
1.2 Proses dan Langkah Dalam Mengevaluasi Media Membelajaran
Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan di sini
akan dititik beratkan pada kegiatan evaluasi formatif. Adanya komponen evaluasi
formatif dalam proses pengembangan media pendidikan ini membedakan prosedur
empiris ini dari pendekatan-pendekatan filosofis dan teoritis. Efektivitas dan efisiensi
media yang kita kembangkan tidak hanya bersifat teoritis tetapi benar-benar telah
dibuktikan di lapangan. Ada tiga tahapan evaluasi formatif yaitu evaluasi satu lawan
satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation) dan evaluasi
lapangan (field evaluation).
1. Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan
suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah
suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
(Winkel) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah
penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar
siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah
dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of
revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi formatif
atau (Formatif Test) adalah suatu tes hasil belajar dimana evaluasi tersebut
mempunyai suatu tujuan untuk dapat mengetahui, sudah sejauh manakah peserta
didik itu telah terbentuk (sudah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditentukan) setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu, kemudian perlu diketahui juga bahwa istilah formatif itu berasal
dari kata form yang dapat diatikan sebagai bentuk. Dengan demikian maka
evaluasi formatif merupakan suatu jenis evaluasi yang disajikan di tengah
program pengajaran yang mempunyai fungsi untuk memantau (memonitor),
dimana untuk dpat mengetahui kemauan belajar siswa dalam kesehariannya pada
proses kegiatan belajar mengajar demi memberikan suatu umpan balik, baik
kepada siswa maupun seorang guru.
Adapun Cara mengevaluasi media pembelajaran dengan cara evaluasi formatif
terdiri dari tiga tahapan yaitu:
1) Evaluasi satu lawan satu (one to one) : Pada tahap ini pilihlah dua siswa yang
dapat mewakili populasi target dari media yang telah dibuat. Kedua orang
tersebut hendaknya satu orang diambil dari populasi yang kemampuannya di
atas rata-rata, sedangkan yang satu orang lagi kemampuannya di bawah rata-
rata. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu
didesain untuk belajar mandiri, maka biarkanlah siswa mempelajarinya,
sementara itu kita mengamatinya.
2) Evaluasi Kelompok kecil (small group evaluation) : Pada tahap ini
diujicobakan kepada siswa kurang lebih 10-20 siswa yang dapat mewakili
populasi target. Siswa yang dipilih untuk uji coba ini hendaknya
mencerminkan karekteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari
siswa berbagai tingkat kemampuan (pandai, sedang, kurang pandai), jenis
kelamin berbeda-beda (laki-laki dan perempuan), berbagai usia dan latar
belakang.
3) Evaluasi Lapangan (field evaluation) : Evaluasi lapangan adalah tahap akhir
dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan dilakukan
kapada sekitar 30 orang dengan berbagai karakteristik seperti tingkat
kepandaiannya, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, sesuai dengan
karakteristik populasi. Satu hal yang perlu dihindari baik pada dua tahap
evaluasi terdahulu maupun evaluasi lapangan ini yaitu efek halo (halo effect).
Hallo effect muncul apabila kita mencobakan media kepada mereka yang
belum pernah melihat media tersebut. Jika demikian maka informasi yang
diperoleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga kurang
dapat dipercaya.
2. Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan
waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan
untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit
ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan
tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau
semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai
pembahasan suatu bidang studi. Sedangkan yang dimaksud dengan tes sumatif
adalah suatu penilaian yang pelaksanaannya itu dilakukan pada akhir tahun atau
akhir program, atau lebih spesifiknya penilaian yang dilakukan pada akhir
semester dari akhir tahun. Jadi, rujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa,
yaitu seberapa jauhkah tujuan-tujuan kurikuler yang berhasil dikuasai oleh para
peserta didik, dan penilaian inipun dititikberatkan pada penilaian yang
berorientasi kepada produk, bukan kepada sebuah proses. Dan bagaimanapun ,
hasil yang peroleh dari tes sumatif tampaknya menjadi keputusan akhir mengingat
tidak adanya kesepakatan bagi guru untuk memperbaiki kekurangan para siswa
pada semester tersebut. Perubahan baru bisa dilakukan pada tahun berikutnya atau
sekedar bahan untuk penyempurnaan semester berikutnya.Demikian, tahap-tahap evaluasi dalam rangka pengembangan program media pembelajaran. Setiap tahap evaluasi menghasilkan informasi atau umpan balik yang merupakan banhan penting untuk merevisi atau menyempurnakan program yang kita kembangkan. Jika evaluasi ini dilaksanakan secara sistematis
merupakan bagian integral dalam kegiatan pengembangan pembelajaran, maka diharapkan kita akan menghasilkan sebuah model program media pembelajaran
yang sesuai dengan tujuannya. Selanjutnya setelah kita benar yakin bahwa
program tersebut sudah layak dari berbagai aspek, maka master program ini dapat
digandakan dan sebarkan sesuai kebutuhan.
1.3 Proses Analisis Media Pembelajaran
Proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran merupakan kegiatan
pelaksanaan kurikulum yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan
para siswa menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun
sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai
tujuan tersebut perlu ada keterpaduan yang sistematis antara komponen-komponen
pembelajaran, salah satunya adalah sumber dan media pembelajaran, dimana hal tersebut
menjadi sangat penting terkait darimana dan bagaimana anak didik memperoleh
pengetahuannya.
Sumber belajar dan Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah
yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan
dari bahan pelajaran yang di berikan oleh guru kepada anak didik. Namun pada
kenyataannya hingga saat ini banyak kita temui guru-guru yang menganggap remeh
media dan hanya mengandalkan diri sendiri dan lembar kerja siswa (lks) untuk
memberikan materi pelajaran, dengan alasan kepraktisan, padahal perlu kita ketahui
seperti yang dijabarkan diatas bahwa peran media itu sangat penting dalam membantu
tercapainya tujuan pembelajaran.
Meskipun guru adalah sebagai salah satu sumber belajar, namun peranannya
seorang diri saja tidak cukup jika tidak dilengkapi dengan komponen-komponen lain
yang dapat memberi penjelasan lebih dari pada sekedar kata-kata yang di utarakan guru
(verbalisme), bahkan anak sangat membutuhkan hal-hal atau benda-benda konkret yang
dapat membantunya memahami pelajaran karena dapat memberikan pengalaman belajar
secara langsung yang tidak bisa didapatkan dari guru. Untuk itu guru perlu mengetahui
cara memilih dan merancang media yang sesuai sebagai sumber belajar yang tepat untuk
siswanya, agar dapat benar-benar membantunya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
pemilihannya sebagai alat bantu belajar, sumber dan media pembelajaran memiliki
prinsip dan kriteria tertentu yang harus diperhatikan agar media tersebut dapat sesuai dan
dapat menunjang pembelajaran. Dalam memilih sumber belajar dapat ditentukan
berdasarkan :
1. Program Pengajaran
2. Program Pengajaran
3. Kondisi Lingkungan
4. Karakteristik siswa
Dalam pemilihan media pembelajaran yang sesuai, Drs. Sudirman N.
(1991) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip berikut :
pemilihan media pembelajaran menurut Ely (1982) adalah:
1. Karakteristik anak didik (siswa)
Karakteristik siswa di masing-masing kelas berbeda-beda, ada kelas yang
siswanya pendiam, dan ada yang aktif. Oleh karena itu hal ini menjadi salah satu
faktor pertimbangan, agar media yang dirancang dapat mendukung dan tepat
guna.
2. Strategi belajar-mengajar
Memilih media juga harus disesuaikan dengan strategi pembelajaran yang telah
dirancang, karena strategi pembelajaran menentukan media apa yang tepat
digunakan.3. Organisasi kelompok belajar
Yaitu memilih media harus memperhatikan untuk kelompok belajar mana media
itu akan ditunjukkan, pelajar atau mahasiswa.
4. Prosedur penilaian
Yaitu pemilihan media harus disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dinilai
Langkah – langkah dalam Pemanfaatan Media :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan memanfaatkan media mana yang
akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan
3. Persiapan kelas. Siswa atau kelas harus mempunyai persiapan dalam menerima
pelajaran dengan menggunakan media tertentu.
4. Langkah penyajian dan pemanfaatan media. Pada fase ini penyajian bahan
pelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran
5. Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfatkan
media pengajaran.
6. Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi
sampai sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai
sejauh manapengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan
proses belajar siswa.
A. Kesimpulan
Media pembelajaran harus dapat berfungsi sebagai alat komunikasi dalam penyampaian
materi kuliah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu
lembaga pendidikan agar dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang
dibantu oleh guru melalui proses pengajaran.
B. Saran
Diharapkan agar setiap guru dalam proses belajar mengajarnya secara dinamis dengan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa agar berfikir dan berperilaku aktif, efektif,
kreatif dalam suasana yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapai tercapai sesuai
yang diharapkan. Pada akhirnya untuk menciptakan hal tersebut sangatlah bergantung pada
kemauan dan kemampuan insan pendidik khususnya para guru memanfaatkan dan mengelola
berbagai jenis fasilitas sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, Media Pembelajaran Agama Islam, 2012, Jakarta: Thariqi Press.
Tim Pekerti-AA PPSP LPP Universitas Sebelas Maret. Panduan Evaluasi Pembelajaran. 2007.
Surakarta: Lembaga pengembangan pendidikan Universitas Sebelas Maret
Asnawir,dkk.2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.
Sadiman, dkk. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
1.1 Pengertian Evaluasi Media Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menentukan taraf
kemajuan suatu pekerjaan didalam pendidikan, sehubungan dengan hal tersebut maka
evaluasi merupakan alat untuk mengukur sampai dimana penguasaan murid terhadap
bahan pendidikan yang telah diberikan. Begitu juga didalam media pembelajaran.
Evaluasi media pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang
digunakan dalam proses belajar mengajar tersebut dapat mencapai tujuan. Disamping itu
juga evaluasi dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan atau pergantian bila ternyata
proses yang diterapkan dalam proses belajar mengajar tidak dapat mencapai tujuan.
Aspek penting lainnya pada evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran tidak semata-
mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan terhadap proses
pembelajaran itu sendiri. Dengan evaluasi tersebut dapat dilakukan revisi program
pembelajaran dan strategi pelaksanaan pembelajaran
Apapun juga media yang dapat dibuat, misalnya kaset audio film bingkai, film
rangkai, transparansi OHP, film, video atau gambar dan permainan/simulasi perlu dinilai
terlebih dahulu sebelum dipakai secara luas. Penilaian (evaluasi) ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah media yang anda buat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan atau tidak. Hal ini penting untuk diingat dan dilakukan karena banyak
orang berangggapan bahwa sekali mereka membuat media pasti 100% ditanggung baik.
Anggapan itu sendiri tidaklah keliru karena sebagai pengembang media secara tidak
langsung anda telah menurunkan hipotesis bahwa media yang anda buat tersebut dapat
memberikan hasil belajar yang lebih baik. Hipotesis tersebut perlu dibuktikan dengan
menguji ke sasaran yang dimaksud. Selain itu, evaluasi merupakan kegiatan
pengumpulan kenyataan mengenai proses pembelajaran secara sistematis untuk
menetapkan apakah terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh apakah
perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik.
- Tujuan Evaluasi Media Pembelajaran
Pendidikan Dasar dan Menengah (1988/1989) dinyatakan bahwa evaluasi media
mempunyai tujuan sebagai berikut:
- Memberikan pedoman kepada instansi pemerintah dalam mengadakan media
pendidikan yang bermutu. - Memberikan pedoman kepada guru dalam membuat media pendidikan yang
bermutu. - Memberikan pedoman kepada produsen dalam memproduksi media pendidikan
yang bermutu. - Melindungi sekolah dari penggunaan media pendidikan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan dari segi teknis kependidikan.
- Ciri-ciri Efektif Media Pembelajaran
belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi tersendiri dimana guru
dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Dalam
komunikasi sering timbul dan terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga
komunikasi tersebut tidak efektif fan efisien. Salah satu usaha untuk mengetasi
keadaan demikian ialah menguasai penggunaan media secara terintegrasi dalam
proses belajar mengajar, karena fungsi media dalam kegiatan tersebut untuk
meningkatkan keserasan dalam penerimaan informasi. Agar media pembelajaran data berfungsi secara efektif, terdapat berbagai kriteria yang harus terpenuhi, seperti yang dipaparkan oleh Nana Sudjana dan Ahmad Rivai:
Sedangkan menurut Azhar Arsyad, media pembelajaran bisa dikatakan efektif jika:
1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran.
3. Praktis, luwes dan tahan.
4. Guru terampil menggunakannya.
5. Pengelompokan sasaran.
6. Mutu teknis.
1.2 Proses dan Langkah Dalam Mengevaluasi Media Membelajaran
Kegiatan evaluasi dalam program pengembangan media pendidikan di sini
akan dititik beratkan pada kegiatan evaluasi formatif. Adanya komponen evaluasi
formatif dalam proses pengembangan media pendidikan ini membedakan prosedur
empiris ini dari pendekatan-pendekatan filosofis dan teoritis. Efektivitas dan efisiensi
media yang kita kembangkan tidak hanya bersifat teoritis tetapi benar-benar telah
dibuktikan di lapangan. Ada tiga tahapan evaluasi formatif yaitu evaluasi satu lawan
satu (one to one), evaluasi kelompok kecil (small group evaluation) dan evaluasi
lapangan (field evaluation).
1. Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan
suatu pokok bahasan / topik, dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah
suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.
(Winkel) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah
penggunaan tes-tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung, agar
siswa dan guru memperoleh informasi (feedback) mengenai kemajuan yang telah
dicapai. Sementara Tesmer menyatakan formative evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages, for purpose of
revising the instruction to improve its effectiveness and appeal. Evaluasi formatif
atau (Formatif Test) adalah suatu tes hasil belajar dimana evaluasi tersebut
mempunyai suatu tujuan untuk dapat mengetahui, sudah sejauh manakah peserta
didik itu telah terbentuk (sudah sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah
ditentukan) setelah mereka mengikuti suatu proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu, kemudian perlu diketahui juga bahwa istilah formatif itu berasal
dari kata form yang dapat diatikan sebagai bentuk. Dengan demikian maka
evaluasi formatif merupakan suatu jenis evaluasi yang disajikan di tengah
program pengajaran yang mempunyai fungsi untuk memantau (memonitor),
dimana untuk dpat mengetahui kemauan belajar siswa dalam kesehariannya pada
proses kegiatan belajar mengajar demi memberikan suatu umpan balik, baik
kepada siswa maupun seorang guru.
Adapun Cara mengevaluasi media pembelajaran dengan cara evaluasi formatif
terdiri dari tiga tahapan yaitu:
1) Evaluasi satu lawan satu (one to one) : Pada tahap ini pilihlah dua siswa yang
dapat mewakili populasi target dari media yang telah dibuat. Kedua orang
tersebut hendaknya satu orang diambil dari populasi yang kemampuannya di
atas rata-rata, sedangkan yang satu orang lagi kemampuannya di bawah rata-
rata. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media itu
didesain untuk belajar mandiri, maka biarkanlah siswa mempelajarinya,
sementara itu kita mengamatinya.
2) Evaluasi Kelompok kecil (small group evaluation) : Pada tahap ini
diujicobakan kepada siswa kurang lebih 10-20 siswa yang dapat mewakili
populasi target. Siswa yang dipilih untuk uji coba ini hendaknya
mencerminkan karekteristik populasi. Usahakan sampel tersebut terdiri dari
siswa berbagai tingkat kemampuan (pandai, sedang, kurang pandai), jenis
kelamin berbeda-beda (laki-laki dan perempuan), berbagai usia dan latar
belakang.
3) Evaluasi Lapangan (field evaluation) : Evaluasi lapangan adalah tahap akhir
dari evaluasi formatif yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan dilakukan
kapada sekitar 30 orang dengan berbagai karakteristik seperti tingkat
kepandaiannya, kelas, latar belakang, jenis kelamin, usia, sesuai dengan
karakteristik populasi. Satu hal yang perlu dihindari baik pada dua tahap
evaluasi terdahulu maupun evaluasi lapangan ini yaitu efek halo (halo effect).
Hallo effect muncul apabila kita mencobakan media kepada mereka yang
belum pernah melihat media tersebut. Jika demikian maka informasi yang
diperoleh banyak dipengaruhi oleh sifat kebaruan tersebut sehingga kurang
dapat dipercaya.
2. Evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan
waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksudkan
untuk mengetahui sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit
ke unit berikutnya. Winkel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan
tes-tes pada akhir suatu periode pengajaran tertentu, yang meliputi beberapa atau
semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan setelah selesai
pembahasan suatu bidang studi. Sedangkan yang dimaksud dengan tes sumatif
adalah suatu penilaian yang pelaksanaannya itu dilakukan pada akhir tahun atau
akhir program, atau lebih spesifiknya penilaian yang dilakukan pada akhir
semester dari akhir tahun. Jadi, rujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa,
yaitu seberapa jauhkah tujuan-tujuan kurikuler yang berhasil dikuasai oleh para
peserta didik, dan penilaian inipun dititikberatkan pada penilaian yang
berorientasi kepada produk, bukan kepada sebuah proses. Dan bagaimanapun ,
hasil yang peroleh dari tes sumatif tampaknya menjadi keputusan akhir mengingat
tidak adanya kesepakatan bagi guru untuk memperbaiki kekurangan para siswa
pada semester tersebut. Perubahan baru bisa dilakukan pada tahun berikutnya atau
sekedar bahan untuk penyempurnaan semester berikutnya.Demikian, tahap-tahap evaluasi dalam rangka pengembangan program media pembelajaran. Setiap tahap evaluasi menghasilkan informasi atau umpan balik yang merupakan banhan penting untuk merevisi atau menyempurnakan program yang kita kembangkan. Jika evaluasi ini dilaksanakan secara sistematis
merupakan bagian integral dalam kegiatan pengembangan pembelajaran, maka diharapkan kita akan menghasilkan sebuah model program media pembelajaran
yang sesuai dengan tujuannya. Selanjutnya setelah kita benar yakin bahwa
program tersebut sudah layak dari berbagai aspek, maka master program ini dapat
digandakan dan sebarkan sesuai kebutuhan.
1.3 Proses Analisis Media Pembelajaran
Proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran merupakan kegiatan
pelaksanaan kurikulum yang telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan
para siswa menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun
sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai
tujuan tersebut perlu ada keterpaduan yang sistematis antara komponen-komponen
pembelajaran, salah satunya adalah sumber dan media pembelajaran, dimana hal tersebut
menjadi sangat penting terkait darimana dan bagaimana anak didik memperoleh
pengetahuannya.
Sumber belajar dan Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar
adalah sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, karena memang gurulah
yang menghendakinya untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan
dari bahan pelajaran yang di berikan oleh guru kepada anak didik. Namun pada
kenyataannya hingga saat ini banyak kita temui guru-guru yang menganggap remeh
media dan hanya mengandalkan diri sendiri dan lembar kerja siswa (lks) untuk
memberikan materi pelajaran, dengan alasan kepraktisan, padahal perlu kita ketahui
seperti yang dijabarkan diatas bahwa peran media itu sangat penting dalam membantu
tercapainya tujuan pembelajaran.
Meskipun guru adalah sebagai salah satu sumber belajar, namun peranannya
seorang diri saja tidak cukup jika tidak dilengkapi dengan komponen-komponen lain
yang dapat memberi penjelasan lebih dari pada sekedar kata-kata yang di utarakan guru
(verbalisme), bahkan anak sangat membutuhkan hal-hal atau benda-benda konkret yang
dapat membantunya memahami pelajaran karena dapat memberikan pengalaman belajar
secara langsung yang tidak bisa didapatkan dari guru. Untuk itu guru perlu mengetahui
cara memilih dan merancang media yang sesuai sebagai sumber belajar yang tepat untuk
siswanya, agar dapat benar-benar membantunya mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
pemilihannya sebagai alat bantu belajar, sumber dan media pembelajaran memiliki
prinsip dan kriteria tertentu yang harus diperhatikan agar media tersebut dapat sesuai dan
dapat menunjang pembelajaran. Dalam memilih sumber belajar dapat ditentukan
berdasarkan :
1. Program Pengajaran
2. Program Pengajaran
3. Kondisi Lingkungan
4. Karakteristik siswa
Dalam pemilihan media pembelajaran yang sesuai, Drs. Sudirman N.
(1991) mengemukakan beberapa prinsip-prinsip berikut :
- Tujuan Pemilihan : Memilih media harus dengan maksud dan tujuan yang jelas.
- Karakteristik Media Pengajaran: Setiap media mempunyai karakteristik tertentu jadi pemahaman. Karakteristikmedia sangat diperlukan dalam penetapan penggunaan media.
- Alternatif Pilihan : Guru harus mampu menetapkan atau memutuskan media yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran.
pemilihan media pembelajaran menurut Ely (1982) adalah:
1. Karakteristik anak didik (siswa)
Karakteristik siswa di masing-masing kelas berbeda-beda, ada kelas yang
siswanya pendiam, dan ada yang aktif. Oleh karena itu hal ini menjadi salah satu
faktor pertimbangan, agar media yang dirancang dapat mendukung dan tepat
guna.
2. Strategi belajar-mengajar
Memilih media juga harus disesuaikan dengan strategi pembelajaran yang telah
dirancang, karena strategi pembelajaran menentukan media apa yang tepat
digunakan.3. Organisasi kelompok belajar
Yaitu memilih media harus memperhatikan untuk kelompok belajar mana media
itu akan ditunjukkan, pelajar atau mahasiswa.
4. Prosedur penilaian
Yaitu pemilihan media harus disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dinilai
Langkah – langkah dalam Pemanfaatan Media :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran
2. Persiapan guru. Pada fase ini guru memilih dan memanfaatkan media mana yang
akan dimanfaatkan guna mencapai tujuan
3. Persiapan kelas. Siswa atau kelas harus mempunyai persiapan dalam menerima
pelajaran dengan menggunakan media tertentu.
4. Langkah penyajian dan pemanfaatan media. Pada fase ini penyajian bahan
pelajaran dengan memanfaatkan media pembelajaran
5. Langkah kegiatan belajar siswa. Pada fase ini siswa belajar dengan memanfatkan
media pengajaran.
6. Langkah evaluasi pengajaran. Pada langkah ini kegiatan belajar dievaluasi
sampai sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai, yang sekaligus dapat dinilai
sejauh manapengaruh media sebagai alat bantu dapat menunjang keberhasilan
proses belajar siswa.
A. Kesimpulan
Media pembelajaran harus dapat berfungsi sebagai alat komunikasi dalam penyampaian
materi kuliah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu
lembaga pendidikan agar dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang
dibantu oleh guru melalui proses pengajaran.
B. Saran
Diharapkan agar setiap guru dalam proses belajar mengajarnya secara dinamis dengan
memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa agar berfikir dan berperilaku aktif, efektif,
kreatif dalam suasana yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapai tercapai sesuai
yang diharapkan. Pada akhirnya untuk menciptakan hal tersebut sangatlah bergantung pada
kemauan dan kemampuan insan pendidik khususnya para guru memanfaatkan dan mengelola
berbagai jenis fasilitas sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayatullah, Media Pembelajaran Agama Islam, 2012, Jakarta: Thariqi Press.
Tim Pekerti-AA PPSP LPP Universitas Sebelas Maret. Panduan Evaluasi Pembelajaran. 2007.
Surakarta: Lembaga pengembangan pendidikan Universitas Sebelas Maret
Asnawir,dkk.2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.
Sadiman, dkk. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar